Media Sosial??
Kesenjangan Akses Media Sosial
Jayanti Indah Lestari
Jurusan Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
Abstrak
Artikel ini
membahas tentang bagaimana perilaku atau rutinitas kalangan peserta didik dalam
mengakses media sosial. Di era digital ini, pengaksesan media sosial yang sedang
digemari berbagai kalangan termasuk peserta didik ini diantaranya adalah Facebook,
Twitter, Path, Youtube, Instagram, Kaskus, LINE, Whatsapp, Blackberry Messenger. Masing-masing media sosial tersebut
mempunyai keunggulan khusus yang menarik yang seakan sudah menjadi candu, tiada
hari tanpa membuka media sosial, bahkan hampir 24 jam mereka tidak lepas dari
smartphone. Media sosial memang menawarkan banyak kemudahan yang membuat para
remaja betah berlama-lama berselancar di dunia maya. Dari rutinitas yang
berkelanjutan itu memberikan dampak positif dan juga dampak negatif dalam
berbagai aspek, diantaranya dalam dunia pendidikan. Media sosial memberikan
kemudahan peserta didik untuk mengakses tugas-tugas dari guru, dan juga sebagai
media untuk memperluas wawasan dan pertemanan. Tetapi disisi lain, media sosial
juga berdampak buruk pada kegiatan belajar dan pendidikan komunikasi peserta didik. Di
sinilah pentingnya peranan semua pihak baik orang tua, institusi pendidikan,
pemerintah dan masyarakat untuk mengawasi anak, remaja dan muridnya, khususnya
bagi yang masih dibawah umur untuk membekali mereka menghadapi perkembangan
teknologi.
Kata kunci :
Komunikasi, Media Sosial, Perilaku, Peserta Didik.
Manusia
berinteraksi dengan manusia lain telah menjadi inti dalam kehidupan. Proses
dari interaksi tersebut melibatkan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi
diperlukan media untuk menyampaikannya. Media penyaluran komunikasi akan
berubah seiring dengan berjalannya waktu. Ada dua jenis komunikasi, komunikasi langsung
dan tidak langsung. Sebelum ada jaringan internet (interconnection networking),
komunikasi tidak langsung dapat melalui surat, teks, surat kabar, radio,
televisi, dan sebagainya.
Menjamurnya
penggunaan internet benar-benar mengubah kehidupan kita semua. Tempat dan jarak
yang dulu memisahkan, sekarang makin tidak terasa dampaknya. Internet sudah
menjadi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga penggunaan internet dari tahun ke
tahun semakin meningkat. Kemajuan internet memengaruhi hampir semua aspek dalam
kehidupan dengan dimulainya berbagai transaksi dan komunikasi melalui internet.
Fenomena tersebut menyeret dunia pendidikan dengan adanya e-learning. E-learning
makin banyak diterapkan dengan memberikan janji-janji penghematan biaya,
penghematan waktu, dan sebagainya. E-learning dapat diakses melalui fasilitas yang ada di jaringan internet yaitu
media sosial. Media sosial merupakan situs jejaring sosial di mana seseorang dapat
membuat web page pribadi dan terhubung dengan setiap orang yang
tergabung dalam media sosial yang sama untuk berbagi informasi dan
berkomunikasi (Hana, www.mudazine.com,2014).
Sangat
mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama bagi seseorang dalam membuat akun
di media sosial. Kalangan remaja yang mempunyai media sosial biasa nya
memposting tentang kegiatan pribadinya, curhatannya, serta foto-foto bersama
teman-temannya. Semakin aktif seorang remaja di media sosial maka mereka
semakin dianggap keren dan gaul. Namun kalangan remaja yang tidak mempunyai
media sosial biasanya dianggap kuno, ketinggalan jaman, dan kurang bergaul. Media
sosial menghapus batasan-batasan dalam bersosialisasi. Dalam media sosial tidak
ada batasan ruang dan waktu, mereka dapat berkomunikasi kapanpun dan dimanapun
mereka berada. Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial mempunyai pengaruh
yang besar dalam kehidupan seseorang.
Di
dalam dunia pendidikan, media sosial juga mempunyai peran efektif, diantaranya
mampu memberikan kemudahan bagi guru untuk memberikan tugas melalui media
sosial, sehingga peserta didik mampu mengaksesnya. Media sosial juga bisa
dijadikan sebagai media untuk berdiskusi sesama pelajar maupun lintas angkatan,
di mana mereka dapat bertukar pikiran secara efisien, kapanpun dan di manapun
mereka berada. Tetapi disisi lain, penggunaan media sosial yang negatif adalah
terganggunya kegiatan belajar siswa, karena pikiran mereka telah terkontaminasi
dengan kecanduan mengakses media sosial. Selain itu, perbedaan komunikasi di
media sosial sangat bebas tanpa aturan-aturan yang baik, sehingga pengguna akan
terbiasa berkomunikasi dengan tidak baik di dunia nyata.
Dari
berbagai permasalahan yang timbul akibat pengaksesan media sosial, harus ada
cara yang tepat dan efisien untuk mengatasinya. Dari mulai pemerintah, instansi
pendidikan, dan orangtua harus mengetahui serta memahami cara untuk menghindari
atau mengatasi dampak negatif dari perilaku pengaksesan media sosial, sehingga
hal-hal yang buruk tidak akan menimpa generasi-generasi masa depan.
Pengaksesan yang mudah dan murah
Kaum
remaja yang masih identik sebagai peserta didik saat ini sangat ketergantungan
terhadap media sosial. Mereka begitu identik dengan smartphone yang
hampir 24 jam berada di tangan dan sangat sibuk berselancar di dunia online
yang seakan tidak pernah berhenti. Hal ini dikarenakan mudahnya mengakses media
sosial dimanapun dan kapanpun merka berada, selain itu murahnya biaya yang
dikeluarkan oleh pengguna, karena provider-provider bersaing untuk merendahkan
harga kuota untuk mengakses internet.
Adapula
media sosial yang gratis pengaksesanya, misalnya saja facebook. Facebook merupakan
salah satu jaringan sosial dimana para pengguna dapat berinteraksi dengan orang
lain di seluruh dunia. Facebook adalah salah satu media sosial yang sangat
mudah cara mengaksesnya, ada provider yang menggratiskan pengaksesannya,dan
juga banyak fitur yang bermanfaat. Cara pembuatan akun Facebookpun juga sangat
mudah, hanya mendaftar dengan alamat e-mail atau cukup dengan nomor telepon
tanpa pengawasan yang ketat. Dari hal itu saja bisa dilihat, bagaimana animo
kalangan remaja atau peserta didik secara rutin mengakses media sosial seperti
tanpa beban. Dalam buku E-learning, Konsep & Aplikasi (Effendy dan Zhuang,
2005) bahwa terbukti melalui riset yang dilakukan oleh Sekolah Tinggi Sandi
Negara (STSN) bersama Yahoo! mengenai penggunaan internet di kalangan remaja.
Hasilnya menunjukkan, kalangan remaja usia 15-19 tahun mendominasi pengguna
internet di Indonesia sebanyak 64%.Nah, terbukti begitu mudah dan murahnya
mengakses media sosial.
Manfaat dan dampak bagi proses belajar
konsep e-learning
E-learning telah melanda dunia
akademis. Di Amerika Serikat, e-learning telah digunakan di hampir 90%
universitas yang memiliki lebih dari 10.000 siswa (Efendy dan Zhuang; 2005).
Presiden Stanford University AS, Gerhard Casper dalam buku Konsep dan aplikasi
e-learning menyatakan yakin dalam waktu sepuluh tahun ke depan, pendidikan akan
berganti dari pendidikan di kelas ke pendidikan online.
Di Indonesia, penerapan e-learning dalam dunia
pendidikan juga tak kalah tertinggal. Penerapan e-learning dengan media yang
beragam, termasuk media sosial. Penerapan media sosial dalam dunia akademis dapat
memperhemat waktu dan biaya. Contoh yang sederhana saja, di grup facebook dimana seorang guru dapat menginformasikan
pelatihan-pelatihan, soal-soal ataupun informasi mengenai kegiatan belajar
mengajar melalui grup facebook tersebut. Peserta didik dengan mudah
mengaksesnya, mendapat bimbingan dari guru, dan juga berdiskusi dengan
teman-temannya di dalam grup itu.
Pusat
Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan (Pustekkom) Depdiknas juga
mengeluarkan beberapa mata pelajaran yang berbentuk multimedia, yang ditujukan
terutama untuk pelajar SMA. Pustekkom telah meluncurkan e-dukasi.net yang
bermaksud memberikan materi pelajaran bagi siswa dan guru secara gratis
(Kompas, 2003)
Selain
dari manfaat bagi proses belajar konsep e-learning, pengaksesan media sosial
juga dapat berdampak buruk bagi peserta didik yang mengaksesnya secara
berlebihan. Penggunaan media sosial seringkali mengganggu proses belajar
remaja, sebagai contoh ketika sedang belajar lalu ada notification
chatting dari teman yang akhirnya dapat mengganggu proses belajar,
dan kebiasaan seorang remaja yang berkicau berkali-kali di Facebook, Instagram
atau Twitter yang terkadang hanya untuk mengeluhkan betapa sulit pelajaran yang
sedang dia kerjakan. Begitu juga ketika proses kegiatan belajar mengajar,
peserta didik yang sudah kecanduan media sosial sering tidak memperhatikan guru
yang sedang mengajar, mereka lebih mementingkan mengakses media sosial di bawah
meja dengan sembunyi-sembunyi. Hal ini sangat disayangkan, karena peserta didik
menggunakan media sosial dengan tidak benar dan tidak efektif.
Komunikasi bebas, tanpa aturan dan sopan
santun
Berbicara
tentang pendidikan, tentu tidak lepas dari komunikasi karena komunikasi
merupakan bagian integral atau inti dari sistem dan tatanan kehidupan manusia
dalam bermasyarakat. Joseph De Vito (1996) dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi
karya Tommy Suprapto (2011) mengemukakan bahwa komunikasi adalah transaksi,
dimana komunikasi adalah sebuak kegiatan yang berlangsung secara kontinu. Nah,
dunia pendidikan yang dimaksudkan disini tidaklah terfokus pada pendidikan
formal yang ada di instansi-instansi pendidikan. Mengingat bahwa proses
pendidikan tidak hanya terjadi disekolah-sekolah atau perguruan tinggi,
melainkan juga dapat terjadi secara informal dan nonformal. Dimana pendidikan
dapat berjalan secara kelembagaan dan juga secara alami, dimanapun dan kapanpun
dapat terjadi. Proses pendidikan sangatlah fleksibel. Pendidikan tidak hanya
membahas tentang pengetahuan, tetapi dasar-dasar dari setiap aspek kehidupan
yang dipelajari dan dialami adalah suatu proses pendidikan.
Salah
satu dari aspek kehidupan yang sangat inti adalah komunikasi. Sebagaimana yang
telah disebutkan diatas bahwa komunikasi
adalah bagian yang sangat integral dalam kehidupan manusia, maka haruslah
sangat diperhatikan. Laswell dalam buku
Pengantar Ilmu Komunikasi Karya Tommy Suprapto (2011) mengungkapkan bahwa di
dalam komunikasi terdapat komunikator, pesan, media, komunikan, pengaruh.
Esensi dalam
proses komunikasi adalah untuk memperoleh kesamaan makna di antara orang yang
terlibat dalam proses komunikasi antar manusia. Aktivitas komunikasi dapat
dilihat pada setiap aspek kehdupan sehari-hari manusia, yaitu sejak dari bangun
tidur di pagi hari sampai dengan manusia beranjak tidur pada malam hari.
Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa persentase
waktu yang digunakan dalam proses komunikasi adalah sangat besar, berkisar
antara 75% sampai 90% dari jumlah waktu kegiatan. Waktu yang digunakan dalam
proses komunikasi tersebut 5% digunakan untuk menulis, 10% untuk membaca, 35%
untuk berbicara, dan 50% untuk mendengar (Jiwanta,1982) dalam buku Pengantar
Ilmu Komunikasi oleh Tommy Suprapto.
Hal
tersebut mebuktikan bahwa betapa vitalnya komunikasi dalam tatanan kehidupan
sosial manusia. Namun dewasa ini, pendidikan
komunikasi tidak terlalu diperhatikan. Komunikasi dapat terjadi secara
langsung atau bertatap muka dan juga secara tidak langsung. Sebelum ada
jaringan internet (interconnection networking), komunikasi tidak langsung dapat
melalui surat, teks, surat kabar, radio, televisi, dan sebagainya. Setelah ada
jaringan internet, komunikasi tidak langsung menjadi sangat bebas seakan tiada
jarak dan waktu yang memisahkan. Media dalam internet yang dapat digunakan
untuk berkomunikasi misalnya media sosial yang sedang menjamur, yaitu Facebook,
Twitter, Path, Youtube, Instagram, Kaskus, LINE, Whatsapp, Blackberry Messenger.
Di
kalangan peserta didik, media sosial yang disebutkan diatas adalah hal yang
tidak asing lagi bagi kehidupan mereka. Mereka sangat ketergantungan dengan
media sosial. Gaya komunikasi yang mereka gunakan pun sangat bebas tanpa ada
aturan. Bagi anak dan remaja, tidak ada aturan
ejaan dan tata bahasa di situs jejaring sosial. Hal ini membuat mereka semakin
sulit untuk membedakan antara berkomunikasi di situs jejaring sosial dan di
dunia nyata. Karena di media sosial tidak ada aturan yang harus ditaati, dengan
bebasnya mereka berkomunikasi. Sehingga menjadi sebuah kebiasaan disaat mereka
berkomunikasi di dunia nyata.
Berkomunikasi
di media sosial sering tanpa batas. Mereka sering berkomunikasi tidak sopan di
dunia nyata, disebabkan karena mereka sering mengucapkan kata-kata yang bebas
di media sosial. sebagai contoh riil adanya bullying, sebagai konsekuesi
pengguna media sosial, dimana gambar meme yang penuh lelucon sebenarnya berisi
ejekan terhadap warga Bekasi. Namun, warga Bekasi menyikapi dengan membuat lelucon
serupa. Jika di dunia nyata, bullying sangat dilarang. Seperti
kasus bullying di beberapa sekolah. Lain halnya dengan di
dunia maya, pem-bully-an di media sosial menurut
pengamat adalah hal yang biasa. (Sindonews,2014)
Di
media sosial, kita tidak diwajibkan memiliki identitas yang sesuai dengan diri
kita, bahkan orang bisa menyembunyikan identitas diri untuk menyalurkan
unek-uneknya. Hal itu guna menghindari sesuatu yang tak diinginkan tentang
komentar atau pesan yang ditulis di media sosial. dengan kebebasan itu,
kalangan peserta didik menjadi terbiasa berkomunikasi bebas tanpa aturan dan
sopan santun, hal ini dapat menyebabkan mereka menjadi malas belajar
berkomunikasi di dunia nyata. Tingkat pemahaman bahasa bagi mereka pun menjadi
terganggu, jika anak terlalu banyak berkomunikasi di dunia maya. Situs jejaring
sosial akan membuat anak dan remaja atau peserta didik lebih mementingkan diri
sendiri. Mereka menjadi tidak sadar akan lingkungan di sekitar mereka, karena
kebanyakan menghabiskan waktu di internet. Hal ini dapat mengakibatkan menjadi
kurang berempati di dunia nyata.
Kurang perhatian dan pemahaman orangtua
tentang teknologi
Dengan melihat
begitu banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dengan penggunaan teknologi
internet, khususnya media sosial. Dampak tersebut disebabkan salah satunya
kurangnya pengawasan orangtua terhadap pengaksesan media sosial oleh anak-anak
mereka. Banyak orangtua yang sibuk bekerja sehingga tak sempat memperhatikan
apa yang dilakukan oleh anak-anaknya. Hal tersebut membuat anak mengalami
kekosongan karena kebutuhan akan bimbingan orangtua tidak ada atau kurang. Hal
ini disebabkan karena keluarga mengalami kurang komunikasi dan menyebabkan anak
sangat aktif di media sosial.
Media
sosial berhubungan dengan kepribadian introvert (Setyastuti, 2012)
dalam buku E-learning, Konsep &
Aplikasi karya Efendy & Zhuang (2005), Semakin introvert
seseorang maka dia akan semakin aktif di media sosial sebagai pelampiasan. Maka
peran orangtua sangat dibutuhkan sebagai pengawas dan juga sosok yang memahami
anak. Keluarga harus dapat memberikan fungsi afektif agar seorang anak
mendapatkan perhatian yang cukup.
Demikian halnya dengan orangtua yang
kurang pemahaman tentang teknologi internet. Orangtua yang disebutkan gaptek
(gagap teknologi) tidak bisa mengawasi anak-anaknya yang mengakses media
sosial. Kebanyakan dari mereka, cukup yakin dan percaya saja terhadap apa yang
dilakukan oleh anak mereka di dunia maya. Mereka hanya tahu, bahwa di dunia
maya, anak mereka dapat memperoleh banyak wawasan, teman, informasi tanpa
mengerti bahaya apa yang mengancam anak mereka jika tidak berhati-hati. Seperti
kasus kejahatan terjadi melalui media
sosial, beberapa kasus seorang remaja yang dilaporkan hilang oleh orangtuanya
yang ternyata kabur dengan teman yang baru dikenalnya di Facebook serta
banyaknya penipuan melalui bisnis di jejaring sosial (www.mudazine.com). Laporan dari pihak Komnas
HAM diperoleh lebih dari 100 orang anak
hilang akibat menjalin pertemanan melalui
Facebook dengan rata-rata korbannya adalah remaja putri (smpn2banyuasin.wordpress.com).
Peran orangtua memang benar-benar
diperlukan, dimana pendidikan dan komunikasi adalah aspek inti yang didapatkan
dalam sebuah keluarga. Seharusnya orangtua berusaha untuk mengimbangi kemampuan
dan pengetahuan tentang teknologi yang diketahui oleh anak. Sehingga orangtua
dapat memantau apa saja yang dilakukan oleh anak. Kualitas komunikasi dalam
keluargapun juga harus diperhatikan agar anak tidak merasa dibiarkan oleh
keluarganya.
Selain
itu, peran serta pemerintah untuk menghindari dampak negatif dari penggunaan
internet juga masih belum nampak. Pemblokiran situs-situs porno juga belum
signifikan dengan pengunggahan video-video dari tangan-tangan jahil. Kebebasan
berkomunikasipun belum ada perhatian dari pemerintah, sehingga lingkungan
pendidikan mendapat banyak dampak negatif dari pengaksesan media sosial yang
tidak bertanggungjawab.
Penutup
Berdasarkan
pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media sosial dilingkup
remaja khususnya peserta didik mempunyai manfaat yang baik dan menguntungkan.
Dimana di era digital ini, peserta didik dapat melihat secara luas melalui
media sosial. Di media sosial mereka dapat memperluas jaringan pertemanan,
menyalurkan aspirasi mereka secara bebas serta mempermudah pengaksesan
tugas-tugas. Tetapi disisi lain banyak juga dampak negatif yang dapat
berpengaruh kepada kehidupan mereka. Dampak-dampak tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu pengaksesan yang mudah dan murah, komunikasi yang
terlalu bebas tanpa adanya aturan, serta kurangnya pemahaman orangtua terhadap
teknologi dan kurangnya perhatian pemerintah. Penggunaan media sosial yang
menjadi candu akan mengganggu komunikasi antara peserta didik dengan keluarga.
Penggunaan media sosial yang berlebihan akan membuat banyak kebiasaan buruk
dalam kehidupan peserta didik. Peran orangtua dan pemerintah sangat diperlukan
dalam pengawasan pengaksesan media sosial.
Daftar Pustaka
Suprapto, Tommy.
2011. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Yogyakarta: Center for Academic Publishing Service.
Effendy, Empy,
& Zhuang, Hartono. 2005. E-learning,
Konsep & Aplikasi. Yogyakarta: C.V. Andi Offset.
kurang gambar kak
BalasHapusok. bisa diatur. makasih sarannya kakak
HapusKurang pemaparan solusi riil dari tenaga pendidik mengingat tenaga pendidik lah yg bersentuhan langsung dengan siswa serta turut andil dalam proses pembelajaran e-learning..selain itu perlunya pemahaman bagi siswa itu sendiri kak, karena dari uraian srbelumnya hanya dibahas mengenai perlunya peranan pemahaman orang tua saja. Pdhl yg lebih penting adalah kesadaran dari siswa itu sendiri..bagaimana siswa itu bisa secara sadar memanage penggunaan media sosial..baik dari batasan waktu penggunaan maupun dari situs2 yg boleh diakses ataupun tidak.
BalasHapusoo seperti itu. hai blog anda sangat menarik, jangan lupa kunjungi blog ku ya http://deasyamalina052.blogspot.co.id/
BalasHapustema yang dibahas menarik, dekat dengan mahasiswa :) kunjungi blog ku dianerviana.blogspot.com ya kakak
BalasHapussangat informatif. :)
BalasHapus